Silahkan tanyakan kepada para dosen fakultas-fakultas pertanian, apa nama ilmiah tanaman pisang? Saya yakin sebagian besar akan menjawab Musa paradisiaca. Carolus Linnaeus memang memberi nama ilmiah demikian kepada tanaman pisang dalam bukunya 'Species Plantarum' yang terbit pada 1753. Tapi dia memberikan nama demikian kepada kultivar pisang dalam kategori plantain, yaitu pisang yang buahnya lazim diolah sebelum dikonsumsi. Kemudian, mungkin setelah menyadari kekeliruannya, dia memberi nama berbeda Musa sapientum kepada pisang dalam kategori banana yang buahnya lazin dikonsumsi sebagai buah segar. Tapi apalah arti sebuah nama. Mari kita periksa, apakah memang nama memang tidak penting.
"Surely there is no other science in which the errors of the past
are preserved by law to confuse the present"
Norman Simmonds (1991)
Pidato dalam Kongres The Society for Economic Botany
Di dunia Barat, di mana pisang kemudian menyebar dari pusat asalnya, pisang dibedakan menjadi banana dan plantain. Tapi di pusat asalnya, yaitu di kawasan Asia Selatan bagian Selatan, Timur, dan Timur Laut, Tiongkok Selatan, Asia Tenggara, dan Pasifik bagian Barat, semuanya adalah pisang, bananas (dengan s). Mengapa? Karena di pusat asalnya, banyak macam pisang yang buahnya dapat sekaligus dikonsumsi sebagai buah segar dan dikonsumsi setelah diolah. Di pusat asalnya, pisang tidak dibedakan ke dalam kelompok banana (Musa sapientum) dan kelompok plantain (Musa paradisiaca) karena pisang bukan hanya untuk dimakan, melainkan untuk berbagai penggunaan. Bukan hanya banyak macam pisang yang buahnya dapat dimakan segar dan sekaligus dimakan setelah diolah, bahkan juga banyak jenis pisang liar. Di antara jenis-jenis tumbuhan pisang liar tersebut, dua jenis di antaranya, yaitu Musa acuminata Cola dan Musa balbisiana Cola, kini diketahui merupakan tetua dari hampir seluruh tanaman pisang, yaitu berbagai macam pisang yang dibudidayakan.
Ketika Linnaeus memberi nama Musa parasidica kepada plantain dan Musa sapientum kepada banana, belum diketahui bahwa di pusat asal pisang terdapat banyak jenis pisang yang tumbuh liar. Linnaeus memberi nama Musa paradisiaca berdasarkan tanaman plantain dalam sebuah rumah kaca milik seorang banker Belanda dan bahkan memberi nama Musa sapientum hanya berdasarkan gambar oleh George Ehret dalam buku 'Planta Selectea' yang ditulis oleh Christoph Jacob Trew. Namun karena nama Musa paradisiaca diberikan dalam bukunya, 'Species Plantarum' yang terbit pada 1753, yang kemudian dijadikan tahun patokan nama ilmiah yang dipertahankan, maka Musa paradisiaca dan bukan Musa sapientum, yang diberikan pada edisi 10 bukunya, 'Systema Naturae' yang terbit pada 1758, yang diterima sebagai nama ilmiah banana dan plantain. Namun sebenarnya Linnaeus sendiri tidak berkeinginan memasukkan tanaman ke dalam tata nama tumbuhan liar karen memandang tanaman bukan jenis, tetapi ternyata kemudian memasukkannya,
Seorang pakar botani, Frank Howes, yang kemudian berkesempatan melakukan eksplorasi di pusat asal pisang pada 1920-an menyatakan bahwa klasifikasi botanis sebaiknya dilakukan hanya oleh orang tinggal cukup lama di negara-negara pusat asal pisang. Dengan demikian maka yang bersangkutan berkesempatan melakukan pengamatan secara teliti terhadap berbagai varietas pada tahap pertumbuhan yang berbeda. Itulah kemudian yang dilakukan oleh K. Cherian Jacob yang tinggal di Madras, India, selama 15 tahun, yang pada akahirnya dalam buku 'Madras Bananas' yang dipublikasikannya pada 1952 menamai berbagai varian pisang budidaya yang berhasil diamatinya sebagai Musa paradientum (gabungan paradisiaca dan sapientum). Jauh sebelumnya, pada 1865 seorang pakar botani Jerman Wilhem S. Kurz yang pernah menjabat sebagai Direktur Kebun Raya Bogor, berdasarkan pada hasil eksplorasi yang dilakukannya di Indonesia, India, Malaysia, dan Myanmar, telah berkesimpulan bahwa banana dan plantain yang diberi nama ilmiah oleh Linnaeus merupakan hasil persilangan dua jenis pisang liar, dan bahkan telah menduga dua jenis pisang liar yang terlibat, tetapi ia belum berhasil membuktikan dugaannya karena meninggal dunia secara mendadak.
Seiring dengan itu jenis-jenis pisang liar yang berbeda Musa paradisiaca maupun Musa sapientum mulai diberikan nama ilmiah. Pakar taksonomi pisang mula-mula menggolongkan jenis-jenis pisang liar tersebut ke dalam 4 seksi (section), yaitu: (1) Eumusa (n=11), (2) Rhodochlamys (n=11), (3) Callimusa (n=11), dan (4) Australimusa (n=11). Kemudian ditemukan jenis pisang dengan n=7 di pedalaman Papua New Guinea sehingga ditambahkan satu seksi kelima, (5) Ingentimusa. Namun berdasarkan atas hasil penelitian biomolekuler, diperoleh bukti yang cukup untuk mengevaluasi kembali kelima seksi tersebut. Merujuk kepada hal itu, kini pakar taksonomi pisang menggolongkan ke dalam hanya dua seksi, yaitu: (1) seksi Musa yang terdiri atas 33 jenis sebagai hasil penggabungan seksi Eumusa dan Rhodochlamys, dan (2) seksi Callimusa yang terdiri atas 37 jenis sebagai hasil penggabungan seksi Australimusa, Calimusa, dan Ingentimusa.
Baru kemudian pada 1940-an seorang pakar botani Inggrus Ernest E. Cheesman, setelah bekerja puluhan tahun di Imperial College of Tropical Agriculture in Trinidad and Tobago (sekarang Faculty of Agriculture, the University of the West Indies), dan di Royal Botanic Gardens, Kew, Inggris, berhasil melakukan terobosan mengidentifikasi Musa acuminata dan Musa balbisiana sebagai tetua dari berbagai macam pisang budidaya, termasuk pisang varian yang disebut plantain dan varian yang disebut banana. Bahkan Chessman sampai menelusuri bagaimana sampai beraneka macam pisang budidaya dibedakan menjadi kedua kategori tersebut dan menemukan bahwa kata 'plantain' berasal dari kata 'platano' dalam Bahasa Spanyol dan kata 'banana' berasal dari kata 'banana' dalam Bahasa Portugis. Kedua kata tersebut mulai digunakan sebagai kata untuk membedakan dua macam pisang ketika pemerintah kolonial Inggris mendorong rakyat jajahannya di India Barat (West Indies) untuk menanam pisang, sebagaimana kemudian tercatat dalam buku 'History of the Barbados' yang terbit pada 1657 dan buku 'Catalogue of Jamaican Plants' yang terbit pada 1696. Cheesman berkesimpulan bahwa klasifikasi varietas budidaya pisang merupakan masalah yang sepenuhnya berbeda dari taksonomi genus Musa, yang memerlukan teknik tersendiri untuk menyelesaikannya. Lebih lanjut ua menyatakan bahwa kekacauan dalam menggolongkan varietas pisang budidaya ke dalam kategori plantain dan banana menyebabkan solusinya menjadi semakin sulit.
Solusi terhadap masalah yang sulit tersebut diberikan oleh Norman Simmonds dan Kenneth Shepherd, keduanya juga bekerja sebagai peneliti pisang di Imperial College of Tropical Agriculture in Trinidad and Tobago, baru pada 1950-an. Bagi keduanya, plantain dan banana hanyalah kategori dalam mengkonsumsi buah pisang yang tidak ada kaitannya dengan botani pisang sehingga tidak perlu dibawa-bawa dalam mengklasifikasikan varietas pisang budidaya. Mereka memberikan huruf A untuk melambangkan genom Musa acuminata dan huruf B untuk melambangkan genom Musa balbisiana untuk menyatakan bahwa beragam varietas pisang budidaya, yaitu kultivar, merupakan turunan mutasi dari salah satu di antaranya atau persilangan antara keduanya, baik secara diploid, triploid, maupun tetraploid. Kultivar pisang menjadi sangat beragam karena Musa acuminata terdiri atas 7 anak-jenis (sub-species) dan Musa balbisiana terdiri atas setidak-tidaknya 3 varietas. Ke-7 anak janis Musa acuminata adalah: (1) M. acuminata subsp. burmannica Simmonds, (2) M. acuminata subsp. errans Argent, (3) M. acuminata subsp. malaccensis (Ridley) Simmonds, (4) M. acuminata subsp. microcarpa (Beccari) Simmonds, (5) M. acuminata subsp. siamea Simmonds, (6) M. acuminata subsp. truncata (Ridley) Kiew, dan (7) M. acuminata subsp. zebrina (Van Houtte) R. E. Nasution. Ke-3 varietas Musa balbisiana adalah: (1) Musa balbisiana var. andamica D. B. Singh, T. V. Sreekumar, R. S. Sharma, & A. K. Bandyopadhyay, (2) Musa balbisiana var. balbisiana D. B. Singh, T. V. Sreekumar, R. S. Sharma, & A. K. Bandyopadhyay, dan (3) Musa balbisiana var. brachycarpa F. J. Chittenden & H. Comber.
Kombinasi diploid, triploid, dan tetraploid genom tanaman pisang dinamakan kelompok kelompok genom (genome group atau disingkat group). Setiap kultivar pisang termasuk dalam satu kelompok genom dan kultivar-kultivar yang mempunyai karakteristik yang hampir sama dalam satu kelompok genom dikelompokkan ke dalam sub-kelompok genom (genome sub-group atau didingkat sub-group). Kombinasi diploid genom A dan genom B adalah kelompok genom AA, AB, dan BB, kombinasi triploidnya adalah kelompok genom AAA, AAB, ABB, dan BBB, dan kombinasi tetraploidnya adalah kelompok genom AAAA, AAAB, AABB, ABBB, dan BBBB. Namun tidak semua kombinasi diploid, triploid, dan tetraploid tersebut terdapat di alam. Di antara kedua tetua, hanya Musa balbisiana yang mempunyai turunan triploid AAA, sedangkan Musa balbisiana tidaksehingga sebagian besar kultivar pisang budidaya termasuk dalam kelompok genom AA, AAA, AAB, dan ABB. Penggolongan kultivar pisang budidaya ke dalam kelompok genom mirip dengan klasisifilasi kelompok kultivar (cultivar group) yang digunakan dalam tata nama cultivar tanaman sebagaimana diatur dalam International Code for Nomenclature of Cultivated Plants (ICNCP, sekarang edisi 9). Hanya saja, ketentuan ICNCP mengharuskan kelompk kultivar diberi nama yang bukan merupakan kode atau kombinasi kode sehingga kelompok genom pisang tidak memenuhi syarat sebagai kelompok kultivar. Yang memenuhi syarat adalah sub-kelompok genom, tetapi sayangnya lebih banyak kultivar yang belum dikelompokkan ke dalam sub-kelompok genom tertentu daripada yang sudah dikelompokkan.
Lalu bagaimana dengan nama Musa paradisiaca dan Musa sapientum? Karena nama Musa paradisiaca dipublikasikan sebelum 1753 maka sesuai dengan ketentuan International Code of Nomenclature for algae, fungi, and plants (ICN, sekarang Shenzhen Code), nama yang dipertahankan adalah Musa paradisiaca, meskipun nama ini pada awalnya diperuntukkan bagi kultivar pisang dalam kategori plantain. Namun nama Musa paradisiaca digunakan untuk kultivar-kultivar hasil persilangan dalam kelompok genom AB, AAB, ABB, AAAB, AABB, dan ABBB dan harus ditulis sebagai Musa x paradisiaca, dengan tanda x menyatakan persilangan. Nama ilmiah kultivar-kultivar AA dan AAA adalah Musa acuminata, sedangkan nama ilmiah Musa balbisiana digunakan hanya untuk kultivar diploid. Sampai saat ini masalah penamaan ini diperdebatkan, tetapi kalangan peneliti pisang menganjurkan untuk tidak menggunakan Musa x parasidiaca, Musa sapientum, atau Musa spp. sebagai nama ilmiah kultivar pisang. Sebagaimana direkomendasikkan oleh Simmonds dalam bukunya 'Bananas', kultivar pisang sebaiknya dinamai sebagai berikut:
- Jika nama kultivar dan kelompok genomnya diketahui, ditulis Musa diikuti dengan kelompok genom dalam kurung dan nama kultivar dengan huruf awal kapital dan diapit tanda petik tunggal. Contoh: Musa (kelompok AAB) 'Pisang Seribu' untuk menyebut Pisang Seribu sebagai nama kultivar.
- Jika nama kultivar, nama kelompok genom, dan nama subkelompok genom diketahui, ditulis Musa diikuti dengan kelompok genom dan nama sub-kelompok genom dalam kurung diikuti dengan nama kultivar, nama sub-kelompok genom ditulis dengan huruf awal kapital tanpa diapit tanda petik tungga; dan nama kultivar dengan huruf awal kapital dan diapit tanda petik tunggal. Contoh: Musa (kelompok AAB sub-kelompok Plantain) 'Pisang Tanduk' untuk menyebut Pisang Tanduk sebagai nama kultivar.
Bagaimana untuk kelompok genom adalah AA dan AAA? Cara menyebutkannya adalah dengan mencantumkan nama jenis, diiukuti dengan salah satu ketentuan di atas. Misalnya untuk menyebut Pisang Barangan Merah sebagai nama kultivar maka penulisannya adalah Musa acuminata (kelompok AA) 'Pisang Barangan Merah' dan untuk menyebut Pisang Ambon Kuning sebagai nama kultivar maka cara penulisannya adalah Musa acuminata (kelompok AAA sub-kelompok Gros Michel) 'Pisang Ambon Kuning'. Tapi kalau yang dimaksud adalah Musa acuminata atau Musa balbisiana sebagai tumbuhan liar, tidak perlu menuliskan kelompok genom AAw atau BBw (w untuk menyatakan wild), sebagaimana dilakukan beberapa kalangan. Tentu saja juga tidak perlu menyebutkan nama kultivar jika yang dimaksud adalah produk pisang, misalnya pisang goreng tidak perlu diikuti dengan nama kultivar Musa (kelompok ABB sub-kelompok Saba) 'Pisang Goreng', meskipun yang digoreng adalah buah aksesi pisang yang khususnya di Kupang dikenal sebagai Pisang Goreng. Jangan sampai kembali mengulang kesalahan penamaan plantain dan banana untuk membedakan cara mengkonsumsi menjadi cara membedakan pisang secara botanis.
Pustaka
- Constantine, D. (2008). Musa: An annotated list of the species of Musa. Diakses pada 12 April 2014
- International Association for Plant Taxonomy (2018). International Code of Nomenclature for algae, fungi, and plants (Shenzhen Code). Diakses pada 16 Maret 2023.
- Vézina, A. (2019). Linnaeus’s banana legacy. Siakses pada 16 Maret 2023
- Vézina, A. (2019). Modernizing Simmonds and Shepherd’s legacy. Diakses pada 16 Maret 2023
**********
Hak cipta selurun tulisan pada blog ini dilindungi berdasarkan Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 3.0 Unported License. Silahkan mengutip tulisan dengan merujuk sesuai dengan ketentuan perujukan akademik.
Hak cipta blog dan tulisan: I Wayan Mudita
Revisi termutakhir: 16 Maret 2023, direvisi menyeluruh pada 18 Maret 2023