Kita mungkin sudah biasa melihat jantung pisang, tetapi adakah yang pernah memperhatikan seperti apa sebenarnya bunga pisang? Lebih-lebih buah pisang, tentu kita semua sudah mengenalnya. Tetapi adakah yang tahu kalau ada tanaman pisang yang tandan buahnya tumbuh tegak ke atas seakan-akan tongkat menyangga langit? Belum lagi soal warna kulit dan daging buah. Biasanya kulit buah berwarna hijau, kuning, atau merah, tetapi adakah yang pernah melihat kulit buah pisang berwarna pink? Lalu daging buah pisang, adakah yang pernah makan buah pisang dengan daging buah berwarna ungu?
Gambar 1. Perbungaan pisang Sumber: Bird Ecology Study Group (2017) |
Gambar 2. Rangkaian bunga pisang dalam satu cymose Sumber: Bird Ecology Study Group (2017) |
Gambar 3. Struktur bunga betina pisang Sumber: Bird Ecology Study Group (2017) |
Gambar 4. Struk bunga jantan pisang Sumber: Promusa |
Putik terdiri atas kepala putik (stigma), tangkai putik (style), dan ovarium (ovary). Kepala putik terdiri atas 3 tonjolan karena sebenarnya merupakan penggabungan 3 putik sehingga disebut tripistillate. Pada bagian ovarium, penggabungan ketiga putik menghasilkan ovarium yang disebut tricarpellate. Di dalam setiap karpel terdapat banyak bakal biji (ovule). Bagian-bagian dari bunga yang di dalamnya terdapat bakal biji yang selanjutnya setelah diserbuki oleh serbuk sari akan berkembang menjadi buah disebut ginoesium (gynoecium). Bunga betina mempunyai benang sari, tetapi tidak menghasilkan serbuk sari. Sama halnya, bunga jantan juga mempunyai putik, tetapi dengan tangkai putik lebih ramping, kepala putik lebih kecil, dan ovarium tereduksi. Benang sari (stamen) berjumlah enam, tersusun dalam dua gerombol yang masing-masing terdiri atas tiga benang sari, tetapi satu di antaranya tereduksi atau tergantikan oleh staminode (benang sari steril). Bagian-bagian dari jantan yang kepala sarinya menghasilkan serbuk sari yang selanjutnya akan menyerbuki bunga betina disebut androesium (androecium).
Gambar 4. Bunga betina dengan ovarium yang sudah mulai berkembang menjadi buah Dumber: Bird Ecology Study Group (2017) |
Gambar 5. Tandan pisang fe'i Sumber: Promusa (2017) |
Gambar 5. Satu individu pisang menghasilkan lebih dari satu tandan Sumber: LumajangSatu |
Dalam keadaan normal, satu individu pisang menghasilkan hanya satu tandan bunga yang kemudian berkembang menjadi satu tandan buah. Namun kadang-kadang terjadi penympangan, yaitu satu individu pisang menghasilkan lebih dari satu tandang bunga yang kemudian berkembang menjadi tandan buah. Tandan bunga keluar pada bagian ujung batang semu, setelah helai daun terakhir yang berukuran lebih pendek dari helai daun sebelumnya. Namun dalam keadaan tidak normal, misalnya karena batang semu pisang pecah atau sengaja dibelah atau dilibangi, tandang bunga dapat keluar dari bagian tengah batang semu. Hal ini bukan merupakan keajaiban yang perlu diviralkan, melainkan kejadian tidak normal yang juga bisa terjadi pada tumbuhan lain.
Pustaka Terplih
- Australian Department of Health and Aging (2008). The Biology of Musa L. (Banana). Diakses pada 14 April 2014.
- Bird Ecology Study Group (2017). Cave Nectar Bats taking nectar from banana flowers. Diakses pada 14 April 2017.
- Bird Ecology Study Group (2017). Bats and the two banana plants that were flowering: Part 1. Diakses pada 14 April 2017.
- Bird Ecology Study Group (2017). Bats and the two banana plants that were flowering: Part 2. Diakses pada 14 April 2017.
- Daniels, J. (2016). Would the true peduncle please stand up? Diakses pada 14 April 2016.
- Sharrock, S.(2000). Diversity in the genus Musa: Focus on Australimusa. Dalam Networking Banana and Plantain. INIBAP Annual Report 2000.
- Species Profiles for Pacific Island Agroforestry (2007). Banana and plantain - an overview with emphasis on Pacific island cultivars.
**********
Hak cipta selurun tulisan pada blog ini dilindungi berdasarkan Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 3.0 Unported License. Silahkan mengutip tulisan dengan merujuk sesuai dengan ketentuan perujukan akademik.
Hak cipta blog dan tulisan: I Wayan Mudita
Revisi termutakhir: 15 Maret 2023