Selamat Datang

Selamat datang di blog Belajar Pisang, blog bagi mereka yang senang belajar mengenai keanekaragaman hayati, ketahanan hayati, dan ketahanan pangan berbasis pisang. Blog ini memuat tulisan yang berkaitan dengan berbagai jenis dan kultivar pisang, berbagai jenis hama, penyakit, dan gulma tanaman pisang, dan berbagai cara pemanfaatan tanaman pisang, khususnya pemanfaatan untuk ketahanan pangan masyarakat lokal. Silahkan mengklik menu Daftar Isi untuk melihat daftar dan kategori seluruh tulisan.

Sabtu, 18 Maret 2023

Dari manakah pisang berasal dan bagaimana menyebar?

Ya, benar, pernahkan Anda bertanya mengenai asal tanaman yang dibudidayakan di sekitar Anda? Tanaman, seperti halnya manusia, mempunyai tempat dari mana berasal, dikenal sebagai pusat asal (centre of origin). Namun kurangnya pemahaman mengenai pusat asal ini menyebabkan banyak orang begitu saja mengklaim suatu jenis tanaman, jagung misalnya, sebagai tanaman lokal. Sebaliknya, banyak orang, yang karena alasan tertentu, menolak mengakui jenis tanaman tertentu lainnya sebagai tanaman lokal. Misalnya, ada orang yang menolak menerima padi sebagai tanaman lokal NTT. Bagaimana dengan tanaman pisang, mengapa tidak ada yang mengklaim atau menolak sebagai tanaman lokal?

Jenis-jenis pisang liar yang tergolong dalam genus Musa mempunyai sebaran geografik di kawasan India bagian Selatan, Timur, dan Timur Laut, Tiongkok bagian Selatan, Asia Tenggara, dan Pasifik bagian Barat. Di antara berbagai jenis tumbuhan pisang tersebut, kultivar/aksesi pisang budidaya (tanaman pisang) merupakan turunan dari dua jenis pisang liar, yaitu Musa acuminata dan Musa balbisiana. M. acuminata tersebar luas di kawasan pusat asal India bagian Selatan, Timur, dan Timur Laut, Asia Tenggara, dan Pasifik bagian Barat. M. balbisiana mempunyai sebaran geografik yang lebih terbatas, mencakup India bagian Timur Laut, Tiongkok bagian Selatan, dan Filipina bagian Urara. Di antara kedua jenis pisang induk ini, M. acuminata terdiri atas banyak sub-spesies (subsp.) yang masing-masing mempunyai sebaran geografik tersendiri, sedangkan M. balbisiana terdiri hanya atas 3 varietas (Gambar 1).

Gambar 1.
Sebaran geografik M. acuminata, berikut sub-spesiesnya, dan M. balbisiana
 di pusat asal India, pusat asal Indo-Malesia, dan pusat asal Cina
Pembudidayaan pisang dimulai dengan mendomestikasi kedua jenis pisang liar tersebut dan turunan silang keduanya. Berdasarkan atas hasil penelitian biologi molekuler, arkeologi, dan linguistik, diperkirakan bahwa pembudidayaan kultivar pisang dari kelompok genom AA terjadi melalui tiga jalur kontak secara bertahap, yaitu: (1) jalur kontak Selatan melalui kontak antara M. acuminata ssp. banksii dari Papua dan M. acuminata ssp. zebrina dari Jawa, (2) jalur kontak Timur antara M. acuminata ssp. errans dan M. balbisiana dari Filipina dan M. acuminata ssp. banksii dari Papua, dan (3) jalur kontak Utara antara M. acuminata ssp. errans dan M. balbisiana dari Filipina dan M. acuminata ssp. microcarpa dari Kalimantan serta M. acuminata sub-spesies lainnya di Asia Tenggara Kontinental. Peranan penting M. acuminata ssp. banksii dalam pembudidayaan pisang ditunjukkan oleh bukti-bukti arkeologis di Lembah Kuk (Kuk Swamp), dataran tinggi Papua Nugini, yang berumur 6.950-6440 cal BP (tahun terkalibrasi sebelum saat ini), mendahului tahun migrasi masuk bangsa-bangsa berbahasa Austronesia pada 3.500 cal BP. Tiga jalur kontak tersebut ditopang pula oleh hasil analisis linguistik. Pembudidayaan melalui jalur kontak Selatan didukung oleh sebaran geografik nama lokal pisang yang berasal dari akar kata *muku di kawasan Wallacea bagian Selatan (Papua Nugini dan Papua bagian Selata, Maluku bagian Selatan, NTT, dan NTB). Pembudidayaan melalui jalur kontak Timur didukung oleh sebaran nama lokal pisang yang berasal dari akar kata *qaRutay di kawasan Filipina dan Papua. Pembudidayaan melalui jalur kontak Utara didukung oleh sebaran geografik nama lokal pisang yang berasal dari akar kata *baRat di kawasan Filipina dan Kalimantan bagian Utara. Silahkan periksa peta di bawah ini berikut sumbernya. Pembudidayaan di kawasan Pasifik sebagaimana diindikasikan oleh akar kata *punti diduga terjadi lebih awal bersamaan dengan migrasi bangsa Austronesia di kawasan tersebut. Sebaran geografik akar kata *muku, *punti, *qaRutay , dan *baRat dan nama lokal kultivar/aksesi pisang yang berasal dari akar kata tersebut dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2.
Sebaran geografik akar kata *punti, *muku, *qaRutay, dan *baRat.
Akar kata *punti menyebar hampir merata diseluruh kawasan Indonesia Timur.
Akar kata *muku, *qaRutay, dan *baRat mengelompok di bagian wilayah tertentu,
sehingga dapat digunakan untuk mengindikasikan jalur proses penyebaran pisang.
Sumber: Sumber: Perriera et al. (2011)
Pembudidayaan kultivar pisang triploid AAA, AAB, dan ABB diduga terjadi beriringan dengan pembudidayaan kultivar diploid AA, BB, dan AB, terutama dengan dengan melibatkan M. balbisiana dari Filipina sebagai tetua. Di antara banyak kultivar pisang triploid, tiga di antaranya mempunyai peranan penting dalam penyebaran pisang ke seluruh dunia, yaitu: (1) sub-kelompok genom Mutika Lujugira (juha disebut East African Highland Banana, EAHB) dari kelompok genom AAA di Dataran Tinggi Afrika bagian Timur, (2) sub-kelompok genom African Plantains dari kelompok genom AAB di Afrika Timur sampai Republik Demokratik Congo, dan (3) sub-kelompok Maoli-Popoulu (Pacific Plantains) dari kelompok genom AAB di Kawasan Pasifik. Kultivar dari ketiga sub-kelompok genom tersebut tidak dibudidayakan di kawasan pusat asal pisang. Kultivar dalam sub-kelompok genom Mutika Lujugira mempunyai genom A yang berasal dari M. acuminata ssp. banksii dan M. acuminata ssp. zebrina sehingga menunjukkan berasal dari penyebaran jalur kontak Selatan bagian Timur. Kultivar dalam sub-kelompok genom African Plantains mempunyai genom A yang berasal dari M. acuminata ssp. banksii, tetapi menyebar dari jalur kontak Timur sebagaimana ditunjukkan oleh sebaran nama lokal pisang yang berasal dari akar kata *qaRutay. Kultivar dalam sub-kelompok genom Maoli-Popoulu (Pacific Plantains) mempunyai genom A yang juga berasal dari M. acuminata ssp. banksii, yang juga menyebar melalui jalur kontak Timur tetapi tempat yang berbeda dengan asal penyebaran 'African Plantain'. .

Penyebaran kultivar tanaman pisang dari pusat asal Indo-Malesia ke Afrika, terutama dari Papua, diperkirakan terjadi melalui: (1)  sub-kelompok genom triploid Mutika Lujugira (EAHB) dari kelompok genom AAA ke Afrika Timur, (2) sub-kelompok genom triploid African Plantains dari kelompok genom AAB ke Afrika Timur sampai Republik Demokratik Congo, (1) dan (2) pada sekitar 2.000 cal BP, dan (3) kultivar-kultivar diploid Mlali dalam kelompok genom AA ke Afrika Barat pada kira-kira 3.000 cal BP. Penyebaran sub-kelompok genom triploid Maoli-Popoulu (Pacific Plantains) dari kelompok genom AAB ke kawasan Pasifik diperkirakan terjadi kira-kira 4.500 cal BP dan berlanjut ke kawasan Amerika Latin pada kira-kira 2.000 cal BP, dibuktikan antara lain oleh adanya kultivar 'Isla'. Penyebaran kultivar tanaman pisang ke Amerika Latin dan Karibia kemudian berlanjut dari Afrika seiring dengan perdagangan budak dari Afrika ke Amerika (Gambar 3).

Gambar 3.
Penyebaran pisang dari pusat asal ke Afrika dan ke kawasan Pasifik
Sumber: Sumber: Perriera et al. (2011)
Tempat baru yang menjadi tujuan awal penyebaran pisang berkembang menjadi pusat keanekaragaman hayati sekunder pisang. Pusat-pusat keanekaragaman sekunder pisang mencakup:
  • Dataran Tinggi Afrika bagian Timur untuk kultivar/aksesi sub-kelompok genom sub-kelompok Mutika Lujugira (EAHB) dalam kelompok genom AAA, 
  • Afrika Timur, Republik Demokratik Congo, sampai Afrika Barat untuk kultivar/aksesi sub-kelompok genom African Plantains dari kelompok genom AAB, dan 
  • Kawasan Pasifik untuk kultivar/aksesi sub-kelompok Maoli-Popoulu (Pacific Plantains) dari kelompok genom AAB 
Bersama-sama dengan kultivar/aksesi pisang di pusat asal sebagai pusat keanekaragaman hayati primer pisang, jumlah kultivar/aksesi pisang yang kini dikenal di seluruh dunia berjumlah ribuan (Gambar 4). Kultivar/aksesi pisang yang berjumlah ribuan tersebut kini mempunyai sebaran geografik yang mencakup kawasan tropis dan sub-tropis dunia (Gambar 5).

Gambar 4.
Keanekaragaman tanaman pisang saat ini sungguh sangat luar biasa
Bagaimana hal ini bisa terjadi pada tanaman yang dibiakkan secara vegetatif?
Sumber: Christelová et al. (2017)
Gambar 5.
Sebaran kultivar/aksesi pisang di dunia, tidak termasuk 
pisang yang dikategorikan sebagai plantain

Berbeda dengan di kawasan asalnya, kecuali Kawasan Timur Indonesia dan Papua Nugini, di kawasan pusat keanekaragaman genetiknya tersebut pisang berperanan sangat penting sebagai bahan pangan pokok bagi penduduk setempat. Apakah penyebaran kultivar dengan genom A dari M. acuminata ssp. banksii dan M. balbisiana dari Papua ke Afrika Timur, Afrika Barat, dan Kawasan Pasifik ikut menentukan peranan penting pisang sebagai bahan pangan pokok di ketiga kawasan tersebut, tidak diketahui dengan pasti. Yang jelas, kebergantungan penduduk yang jumlahnya sangat besar di kawasan Indonesia Barat pada beras menyebabkan pemerintah menghadapi banyak kesulitan tersendiri dalam menjaga ketahanan pangan masyarakat (Gambar 6).

Gambar 6.
Sebaran geografik pisang di Afrika Timur
sampai Republik Demokratik Congo dan
Afrika Barat Sumber: Guarino (2010)
Sementara di Kawasan Pasifik, pisang bukan hanya dikonsumsi sebagai sumber karbohidrat, melainkan juga sebagai sumber vitamin A, sebagaimana halnya kultivar pisang dalam sub-kelompok Fe'i. Tetua pisang ini belum diketahui secara pasti, diduga hasil silang alami yang melibatkan M. maclayi F. Muell. ex Mikl.-Maclay, M. lolodensis Cheesman, dan M. peekelii Lauterb. Daging buah kultivar pisang Fe'i dari kultivar 'Karat Pwehu' yang berwarna oranye gelap dari pulau Pohnpei, Negara Federasi Micronesia, mengandung jauh lebih banyak karotenoid provitamin A (7.124 ug per 100 g) dibandingkan dengan hanya 38 ug per 100 g pada daging buah pisang Cavendish.

Mengapa penting untuk mengetahui asal-usul tanaman pisang ini? Pertama, sebagai dasar untuk menentukan terjadi dikembangkan oleh pihak lain dan kemudian kita mengimpor kembali bibit dan buahnya dengan harga mahal. Entah, mengapa pemerintah belum memberikan perhatian yang cukup untuk pengembangan pisang, apakah karena ketidaktahuan soal pusat asal atau karena alasan lain. Kedua, untuk memahami perkembangan hubungan antara manusia dan lingkungannya sebagai dasar membangun strategi dalam menghadapi perubahan iklim pada waktu-waktu yang akan datang. Ketiga, sebagai dasar untuk mengembangkan atrategi dalam menghadapi ancaman ketahanan hayati terhadap tanaman pisang oleh hama dan penyakit. Keempat, untuk membangun ketahanan pangan yang tidak berbasis hanya pada beras, mengingat selama ini tanaman pisang merupakan jenis tanaman yang telah dikonsumsi sebagai tanaman pangan. Dan kelima, untuk mengembangkan komoditas perdagangan bernilai ekonomi tinggi, mengingat buah pisang merupakan jenis buah-buahan untuk konsumsi wisatawan, dan kultivar pisang hias yang berpeluang besar sebagai komoditas ekspor. Untuk Provinsi NTT yang wilayahnya berdekatan dengan daerah tujuan wisata Bali, pengembangan pisang sebagai tanaman unggulan jauh lebih menjanjikan secara ekonomis daripada pengembangan tanaman lain. Lebih-lebih, Labuhan Bajo juga sedang dikembangkan sebagai daerah tujuan wisata baru. Wisatawan luar negeri biasa mengkonsumsi pisang, bukan jagung.

Pustaka Terpilih
**********

Hak cipta blog dan tulisan: I Wayan Mudita
Revisi termutakhir: 16 Maret 2023

Creative Commons License
Hak cipta selurun tulisan pada blog ini dilindungi berdasarkan Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 3.0 Unported License. Silahkan mengutip tulisan dengan merujuk sesuai dengan ketentuan perujukan akademik.