Ya, benar, pernahkan Anda bertanya mengenai asal tanaman yang dibudidayakan di sekitar Anda? Tanaman, seperti halnya manusia, mempunyai tempat dari mana berasal, dikenal sebagai pusat asal (centre of origin). Namun kurangnya pemahaman mengenai pusat asal ini menyebabkan banyak orang begitu saja mengklaim suatu jenis tanaman, jagung misalnya, sebagai tanaman lokal. Sebaliknya, banyak orang, yang karena alasan tertentu, menolak mengakui jenis tanaman tertentu lainnya sebagai tanaman lokal. Misalnya, ada orang yang menolak menerima padi sebagai tanaman lokal NTT. Bagaimana dengan tanaman pisang, mengapa tidak ada yang mengklaim atau menolak sebagai tanaman lokal?
Jenis-jenis pisang liar yang tergolong dalam genus Musa mempunyai sebaran geografik di kawasan India bagian Selatan, Timur, dan Timur Laut, Tiongkok bagian Selatan, Asia Tenggara, dan Pasifik bagian Barat. Di antara berbagai jenis tumbuhan pisang tersebut, kultivar/aksesi pisang budidaya (tanaman pisang) merupakan turunan dari dua jenis pisang liar, yaitu Musa acuminata dan Musa balbisiana. M. acuminata tersebar luas di kawasan pusat asal India bagian Selatan, Timur, dan Timur Laut, Asia Tenggara, dan Pasifik bagian Barat. M. balbisiana mempunyai sebaran geografik yang lebih terbatas, mencakup India bagian Timur Laut, Tiongkok bagian Selatan, dan Filipina bagian Urara. Di antara kedua jenis pisang induk ini, M. acuminata terdiri atas banyak sub-spesies (subsp.) yang masing-masing mempunyai sebaran geografik tersendiri, sedangkan M. balbisiana terdiri hanya atas 3 varietas (Gambar 1).
Gambar 1.
Sebaran geografik M. acuminata, berikut sub-spesiesnya, dan M. balbisiana
di pusat asal India, pusat asal Indo-Malesia, dan pusat asal Cina
Sumber: De Langhe et al (2009)
|
Gambar 2.
Sebaran geografik akar kata *punti, *muku, *qaRutay, dan *baRat.
Akar kata *punti menyebar hampir merata diseluruh kawasan Indonesia Timur.
Akar kata *muku, *qaRutay, dan *baRat mengelompok di bagian wilayah tertentu,
sehingga dapat digunakan untuk mengindikasikan jalur proses penyebaran pisang.
Sumber: Sumber: Perriera et al. (2011)
|
Penyebaran kultivar tanaman pisang dari pusat asal Indo-Malesia ke Afrika, terutama dari Papua, diperkirakan terjadi melalui: (1) sub-kelompok genom triploid Mutika Lujugira (EAHB) dari kelompok genom AAA ke Afrika Timur, (2) sub-kelompok genom triploid African Plantains dari kelompok genom AAB ke Afrika Timur sampai Republik Demokratik Congo, (1) dan (2) pada sekitar 2.000 cal BP, dan (3) kultivar-kultivar diploid Mlali dalam kelompok genom AA ke Afrika Barat pada kira-kira 3.000 cal BP. Penyebaran sub-kelompok genom triploid Maoli-Popoulu (Pacific Plantains) dari kelompok genom AAB ke kawasan Pasifik diperkirakan terjadi kira-kira 4.500 cal BP dan berlanjut ke kawasan Amerika Latin pada kira-kira 2.000 cal BP, dibuktikan antara lain oleh adanya kultivar 'Isla'. Penyebaran kultivar tanaman pisang ke Amerika Latin dan Karibia kemudian berlanjut dari Afrika seiring dengan perdagangan budak dari Afrika ke Amerika (Gambar 3).
Gambar 3.
Penyebaran pisang dari pusat asal ke Afrika dan ke kawasan Pasifik
Sumber: Sumber: Perriera et al. (2011)
|
- Dataran Tinggi Afrika bagian Timur untuk kultivar/aksesi sub-kelompok genom sub-kelompok Mutika Lujugira (EAHB) dalam kelompok genom AAA,
- Afrika Timur, Republik Demokratik Congo, sampai Afrika Barat untuk kultivar/aksesi sub-kelompok genom African Plantains dari kelompok genom AAB, dan
- Kawasan Pasifik untuk kultivar/aksesi sub-kelompok Maoli-Popoulu (Pacific Plantains) dari kelompok genom AAB
Bersama-sama dengan kultivar/aksesi pisang di pusat asal sebagai pusat keanekaragaman hayati primer pisang, jumlah kultivar/aksesi pisang yang kini dikenal di seluruh dunia berjumlah ribuan (Gambar 4). Kultivar/aksesi pisang yang berjumlah ribuan tersebut kini mempunyai sebaran geografik yang mencakup kawasan tropis dan sub-tropis dunia (Gambar 5).
Gambar 4. Keanekaragaman tanaman pisang saat ini sungguh sangat luar biasa Bagaimana hal ini bisa terjadi pada tanaman yang dibiakkan secara vegetatif? Sumber: Christelová et al. (2017) |
Gambar 5. Sebaran kultivar/aksesi pisang di dunia, tidak termasuk pisang yang dikategorikan sebagai plantain Sumber: Guarino (2010) |
Berbeda dengan di kawasan asalnya, kecuali Kawasan Timur Indonesia dan Papua Nugini, di kawasan pusat keanekaragaman genetiknya tersebut pisang berperanan sangat penting sebagai bahan pangan pokok bagi penduduk setempat. Apakah penyebaran kultivar dengan genom A dari M. acuminata ssp. banksii dan M. balbisiana dari Papua ke Afrika Timur, Afrika Barat, dan Kawasan Pasifik ikut menentukan peranan penting pisang sebagai bahan pangan pokok di ketiga kawasan tersebut, tidak diketahui dengan pasti. Yang jelas, kebergantungan penduduk yang jumlahnya sangat besar di kawasan Indonesia Barat pada beras menyebabkan pemerintah menghadapi banyak kesulitan tersendiri dalam menjaga ketahanan pangan masyarakat (Gambar 6).
Gambar 6. Sebaran geografik pisang di Afrika Timur sampai Republik Demokratik Congo dan Afrika Barat Sumber: Guarino (2010) |
- Christelová, P.; De Langhe, E.; Hřibová, E.; Sardos, J.C.; Hušáková, M.; Van den houwe, I.; Sutanto, A.; Kepler, A.K.; Swennen, R.; Roux, N.;& Doležel, J. (2017). Molecular and cytological characterization of the global Musa germplasm collection provides insights into the treasure of banana diversity. Biodiversity and Conservation 26(4):801–824.
- Christelova, P.; Valarik, M.; Hribova, E.; Van den Houwe, I.; Channeliere, S.; Roux, N.; Dolezel, J. (2011). A platform for efficient genotyping in Musa using microsatellite markers. AoB PLANTS 2011 plr024.
- Damania, A.B., J. Valkoun, G. Willcox and C.O. Qualset (Eds.) 1998. The Origins of Agriculture and Crop Domestication. ICARDA, Aleppo, Syria, xi + 345 pp.
- Daniells, J.; Englberger, L.; & Lorens, A. (2004). Pohnpei Banana Varieties – A Work In Progress. Island Food Community of Pohnpei.
- De Langhe, E.; Vrydaghs, L.; de Maret, P.; Perrier, X.; & Denham, T. (2009). Why Bananas Matter: An introduction to the history of banana domestication. Ethnobotany Research & Applications 7:165-177.
- Donohue, M. & Denham, T. (2009). Banana (Musa spp.) Domestication in the Asia-Pacific Region: Linguistic and archaeobotanical perspectives. Ethnobotany Research & Applications 7:293-332.
- Elwell, F.E. (2005). The Implicit Ecological-Evolutionary Theory of Jared Diamond. Diakses pada 14 April 2014.
- FAO (2016). Cooked or raw, Fe’i bananas are delicious and nutritious. Diakses pada 15 April 2017.
- Greenpeace USA (1999). Centres of diversity: global heritage of crop varieties threatened by genetic pollution. Diakses pada 14 April 2014.
- Guarino, L. (2010). Yes, we have more banana distribution data. Agricultural Biodiversity Weblog diakses pada 15 April 2015
- Hirst, K.K. (2017). The History and DThe History and Domestication Bananas. ThoughtCo, diakses pada 27 April 2017.
- INIBAP. 2001. Networking Banana and Plantain: INIBAP Annual Report 2000. Montpellier, France: International Network for the Improvement of Banana and Plantain (INIBAP).
- Khoury, C.K.; Achicanoy, H.A.; Bjorkman, A.D.; Navarro-Racines, C.; Guarino, L.; Flores-Palacios, X.; Engels, J.M.M.; Wiersema, J.H.; Dempewolf, H.; Sotelo, S.; Ramırez-Villegas, J.; Castaneda-Alvarez, N.P.; Fowler, C.; Jarvis, A.; Rieseberg, L.H.; & Struik, P.C. (2016). Origins of food crops connect countries worldwide. Proc. R. Soc. B 283: 20160792.
- Lentfer, C.J. (2009). Going Bananas in Papua New Guinea: A preliminary study of starch granule morphotypes in Musaceae fruit. Ethnobotany Research & Applications 7:217-238.
- MacDaniels, L.. (1947). A study of the fe'i banana and its distribution with reference to Polynesian migrations. Honolulu, Hawaii: Bernice P. Bishop Museum.
- Perriera, X.; De Langheb, E.; Donohuec, M.; Lentferd, C.; Vrydaghse, L.; Bakrya, F.; Carreelf, F.; Hippolytea, I.; Horrya, J.-P.; Jennyg, C.; Leboth, V.; Risteruccia, A.-M.; Tomekpea, K.; Doutreleponte, H.; Balli, T.; Manwaringi, J.; de Maretj, P.; & Denham, T. (2011). Multidisciplinary perspectives on banana (Musa spp.) domestication. PNAS 108(28): 11311–11318.
**********
Hak cipta blog dan tulisan: I Wayan Mudita
Revisi termutakhir: 16 Maret 2023
Hak cipta selurun tulisan pada blog ini dilindungi berdasarkan Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 3.0 Unported License. Silahkan mengutip tulisan dengan merujuk sesuai dengan ketentuan perujukan akademik.